Monday, February 13, 2012

AKU TIDAK MENGENAL VALENTINE


“Tidakkah engkau tau… aku masih sangat menantikan dan merindukanmu…???!” nada tingginya kini berubah dengan sebuah kepiluan, lengannya terus membelai setangkai bunga mawar. Bukan bunga mawar segar yang lantas sudah layu… namun bunga hiasan kaca yang akan terus seperti itu…
          ***
“Jo… kamu tuch gimana sich aku kan pacar kamu, masa hari valentine kamu gak kasih apa-apa sich? Tega banget…” rengeknya lantas cemberut,
“Sayank… kamu tau valentine itu apa?”
“Hari kasih sayang…”
“Terus???”
“Ya terus harusnya kamu kasih sesuatu sebagai tanda kasih sayang kamu sama aku…!”
“Bukan gitu yank… valentine itu salah satu perayaan umat nasrani, kita sebagai muslim diharamkan merayakannya” jelas Jodi sambil memegang lengan Adel.
“Tapi kenapa banyak orang antusias banget sama hari valentine…” sahut Adel sambil manyun,
“Ya udahlah gak usah mikirin orang laen, mereka begitu karena belum tau. Ada baiknya kita kasih tau tapi kalo memang mereka masih seperti itu ya udahlah jangan diikutin…” ujar Jodi.
Adel masih terlihat kesal, tapi ia sedikit bangga pada kekasihnya yang selalu berpegang teguh pada sebuah prinsip dan tidak pernah sedikit-pun goyah oleh ajakan buruk orang lain.
“Tunggu aku dikelas yach… ada yang mau aku kasih buat kamu…” pinta Jodi sambil melepaskan lengan Adel dan pergi kekelasnya yang berada tak jauh dari kelas Adel.
Adel sendiri memasuki kelasnya dan duduk dikursi paling belakang barisan kedua, masih jam istirahat… teman-teman yang lainnya masih sibuk keluar masuk kelas… dua orang teman Adel sedang asyik membicarakan hadiah valentine dan seorang teman disamping Adel asyik sibuk dengan bukunya dan segudang soal-soal kimia, beberapa yang lainnya asyik menyantap makanan dari kantin.
“Adeeeel…!” teriakan Ima sahabatnya menarik perhatian seisi kelas,
“Apaan sich Ma? Pake teriak-teriak segala???” Tanya Adel,
“Liat sini… si Jodi bawa bunga buat kamu… haduuuh… so sweet bangeeeeet…”
Adel celingukan, matanya menerobos jendela dan mencari sosok Jodi.
“Adel…” tiba-tiba suara Jodi terdengar sangat dekat,
Adel baru sadar, ternyata Jodi sudah berada didalam kelasnya sendiri. “Apa itu…? Kamu bilang kita gak boleh merayakan hari valentine?”
“Ini bukan hadiah valentine… tapi untuk merayakan hari jadi kita” jawab Jodi sambil memberikan setangkai bunga mawar kaca dan sebatang cokelat.
“14 February… hari jadi kita? Ya ampun sayang aku sampai lupa…” Adel terharu dan mengambil hadiah itu dari Jodi.
“This is for you my dearest… aku tidak akan memberi bunga mawar segar karena suatu saat bunga itu akan layu, aku berikan bunga hiasan ini sebagai tanda cintaku… saat ini dan seterusnya akan tetap selalu seperti ini, tidak akan pernah layu sayang…” ungkap Jodi sambil menatap Adel.
Itu adalah hadiah pertama yang diberikan Jodi untuk Adel… ketika tahun keduanya hubungan mereka kandas dan tahun ketiganya kembali dengan sebuah rangkaian puisi dalam pinky card yang romantic, rajutan fasmina yang cantik, hiasan nama dengan ukiran puisi yang mengharukan… sampai tahun-tahun berikutnya sudah tidak ada lagi… tidak ada lagi hadiah dan tidak ada lagi kata dan tidak ada lagi pertemuan… setelah sebuah peristiwa yang sangat fatal terjadi.
 ***
 “Jo… aku hanya mencintaimu…” kini bibir merahnya bergetar, ia mengernyitkan alisnya dan matanya memerah panas menahan air mata yang ia bendung sejak lama.
“Yank… jangan pernah menangis, kamu adalah wanita yang sangat kuat karena itulah aku suka, kamu adalah wanita yang mandiri tidak manja seperti yang lainnya karena itulah aku sayang, kamu adalah wanita yang aku cinta”
Kali ini ia mengepalkan lengan kanannya, tanah basah itu sedikit tergenggam… “aku merindukanmu…” kali ini rautnya memudar basah dengan tangisan yang menggila…, “kamu salah… aku tidak sekuat itu…” ia terus menangis sampai sesenggukan dan menyeka pipinya dengan tangan yang kotor penuh dengan tanah basah yang sesekali meraba pahatan nama dipapan nisan.
Sesosok lelaki terlihat dibalik pohon cemara yang berada tak jauh dari tempat Adel duduk, ia tak henti memandangnya dari jauh…
“Adel… tidakkah kamu tahu… aku ada disini, aku masih ada disini…” bisiknya getir.
Adel tidak berhenti menangis… “Kamu yang sudah membimbing aku dalam segala hal… dan kamu juga yang sudah menghancurkan aku meninggalkan aku sendiri… Jo… aku tidak bisa berbohong, selama bertahun-tahun aku hidup tanpamu… aku berusaha melupakanmu tapi aku tak mampu. Aku tidak mau mengenal kapan kita memulai cinta ini… aku tidak mau mengenal 14 february… hari apakah itu… hari jadi kita? Hari valentine? Aku tidak mengenalnya… karena pada akhirnya kau tinggalkan aku sendiri dengan tidak mengenal waktu…” Adel mengeluarkan semua kepedihannya dan kekesalannya…
“Adel… maafkan aku… aku begitu munafik. Aku sendiri tidak tahu kapan kita memulai segalanya… aku hanya ingin memberikan banyak kejutan untukmu, aku hanya ingin menunjukkan pada semua orang bahwa aku sungguh sangat menyayangimu. Bahkan bukan karena 14 february itu hari valentine atau hari jadi kita… tapi karena aku ingin sekali selalu memberikan sesuatu yang sangat berarti disetiap waktu untukmu… setiap hari… setiap jam… setiap detik… setiap saat… aku menyayangimu Del…” kini lengan Jodi mengepal dan ia hanya mampu memukuli tubuh pohon cemara hanya untuk melepas kekesalan pada dirinya sendiri.
“Jodi… hk..hk..hk.. kamu dimana…??? Aku sangat membutuhkanmu… aku bahkan tidak bisa membencimu… aku sangat mencintaimu… aku sungguh bodoh…” Adel masih menangis sendiri.
“Kasihan kamu Del… maaf aku tidak bisa kembali, lebih baik kau anggap aku sudah tiada dengan mengubur semua kenangan dan hadiah-hadiah itu… aku sendiri sudah kehilangan jalan dan tidak mengenal siapa diriku, aku sudah tidak bisa membimbingmu… aku bukan yang terbaik untukmu sayang…” kini Jodi menitikkan airmatanya… matanya memandangi Adel masih dari kejauhan, lalu langkahnya pergi meninggalkan tempat itu… meninggalkan Adel.
“aku ingin melupakanmu… tapi bagaimana caranya Jo…???” Adel tertegun sambil memandangi kuburan kecil, dimana ia mengubur semua hadiah yang diberikan Jodi. “Aku tidak ingin mengenalmu lagi… aku tidak ingin mengenal hari jadi kita… aku-pun tidak mengenal hari valentine
(Cerita ini adalah lanjutan “Aku bukan Juliet”)

No comments:

Post a Comment